The World : The World

THE WORLD

“Delia...” Mila berteriak
“Aduhh.. apa’an sih Mil? Heran gue sama loe kalau sama gue aja loe bisa teriak-teriak, kalau sama orang lain udak kayak kutu yang siap dipites. Ada apa’an sih?” Delia sewot.
“Ye... Alasannya karena loe itu sahabat gue.”
“Hallo semua. Pagi yang sangat cerah!” Baby drama.
“Ini lagi si ratu drama. Ga usah lebay, lagian hari ini mendung ga ada cerah-cerahnya, ngerti?”
“Oke.  Gue ganti kata-katanya jadi Pagi yang sangat mendung.”
“ tau akhh gelap!” Delia dan Mila menghindar.
“Lohh. Mau kemana? Ada yang mau gue omongin!”
“Apa lagi?”Mila menoleh “Udah mau bel, masuk aja yuk!”
“Baby, bisa ga sih hari ini gue ga denger teriakan sekali aja? Please!”
“Gue punya ide buat nama geng kita! Namanya...”
“Ga mutu! Ayo Beb masuk kelas, hari ini pak Killer masuk di jam pertama.” Mila berjalan lebih dulu.
“Dialog selesai!” Delia berlari.
“Namany The Three Beautiful Girl. Loh kok pada pergi sih? Gimana baguskan? Atau The Sweet Girl atau The Modis Girl atau ..” Baby berlari menyusul.
                Setelah memutuskan bersahabat, Baby tengah sibuk dan penuh semangat untuk mencari nama apa yang cocok untuk geng mereka dan tadi malam dia berhasil menemukan nama yang cocok untuk mereka yaitu “The beautiful girl’s”. Tapi sepertinya Delia dan Mila enggan membahas topik yang dianggap menarik oleh Baby. Untungnya Baby lola, jadi dia masih saja membahas masalah nama geng mereka. Hal itu terus berlanjut saat mereka tengah asyik nongkrong di cafe biasa mereka nongkrong.
                Cafe ini memang tempat yang cocok untuk menghabiskan waktu, selain tempatnya yang santai dan makanannya juga lumayan enak, harga yang ditawarkan cukup pas dikantong anak-anak SMA seperti mereka, yang kantongnya pas-pasan tapi tetap ingin gaya. Itulah sebabnya banyak anak-anak SMA seperti Delia, Mila dan Baby di cafe ini.
“Masih bahas soal nama geng Beb?” Tanya Delia meminum jusnya.
“Yaiyalah. Gimana soal nama geng kita tadi? The Beautiful Girl’s!”
“Gue ga setuju!” Mila angkat bicara
“Jadi loe setuju sama gue Mil, tuhkan Beb! Udahlah ga usah buat geng-geng atau nama geng apalah itu, yang penting itu nilai persahabatannya. Ga sia-sia loe Mil pinter.”
“Bukan itu. Gue ga setuju nama geng yang disebutin Baby tadi, tapi kalau soal nama buat geng kita gue setuju. Coba deh loe liat sekeliling kita, mereka pada punya nama geng. Dan soal nama geng kita tadi Baby, itu ga klop sama gue, gue kan ga cantik. Ngeledek gue loe?”
“Mila, sifat ga PD loe itu kayaknya udah ngakar ke otak loe deh. Loe ga pernah denger tentang inerbeauty ya? Kecantikan seseorang itu bukan Cuma fisik tapi juga hati dan itu jauh lebih penting. Lagian kan ada istilah Big is Beautiful. Lola loe akhh, ga update!”
“Tete aja gue ga setuju. Gimana kalau The Smart. Kayak geng itu, kita pakai kacamata biar tambah kompak.”
“Ikhh ga trendy. Gue keliatan jelek kalau pake kacamata, lagian sekarang ada softlens. Kenapa harus ribet-ribet pake kacamata? The Beautiful Girl’s itu udah cocok banget, kayak geng itu tuh. Mereka kompak pake bando angsa. Gue mau warna pink!” Baby menghayal.
“Gue tetep ga setuju. Mana ada angsa warna pink.” Mila juga ngotot.
“Kalau kita mau bikin nama geng, yang paling keren itu adalah The Killer Black. Kayak mereka tuh, itu keren banget. Coba deh liat, mereka tuh kompak pake baju hitam dan aksesoris ala rockstar. Kalau kita dandan kayak gitu, gue jamin ga bakal ada seorang cowokpun yang berani ganggu kita, preman aja takut. Keren tuh!”
“Gue ga setuju!” Baby dan Mila kompak
“Biasa aja dong, kompak banget!”
“Lagian kalau kita pake pakaian yang kayak gitu, yang ada bokap sama nyokap ngusir gue dari rumah. Ikhhh amit-amit gue ga mau.”
“Iya. Itu lebih ga modis lagi. Masa pakaian sama aksesorisnya hitam semua. Gimana sama sprei pink gue, rok pink, bantal pink, handuk pink, boneka pink, trus aksesoris pink gue. Masa mau diganti pake warna hitam? Warna hitam kan bikin gue keliatan jelek, lagian ya kalau geng kita kayak mereka, bisa-bisa gue keringetan, trus jerawatan. Itu gawat banget Del, loe tau ga kalau perawatan gue itu lebih mahal dari pada biaya sekolah gue.”
“Stop. Makanya gue bilang ga usah, loe ga akan pernah bisa jadi kayak gue Mil, loe juga Beb. Begitu juga gue, gue ga mungkin bisa jadi salah satu diantara kalian. Kita itu punya karakter masing-masing, jadi kita itu ga bisa ngikutin salah satu karakter dari kita bertiga. Udahlah ga usah bikin nama geng segala.”
“Gue ga ngerti deh Del, jadi sebenernya loe pilih nama dari gue atau dari Mila sih?” Muka polos.
“Ukhhh.. Baby maksud gue itu..” Delia hendak menjelaskan.
“Gue punya ide!”
“Apa?”
“Ga ada yang yang ga bisa kalau kita mau coba. Gimana kalau kita nyoba karakter diri kita masin-masing. Dimulai dari gue, Baby dan terakhir loe Del. Disitu kita lihat dimana karakter yang bisa nyatuin kita. Kalau loe berdua bisa masuk ke karakter gue berarti nama geng kita The Smart. Tapi kalau karakter kita nurut si Baby, kita ikut nama geng yang dibikin Baby dan kalau ga berhasil juga, berarti kita ikutin karakter dan nama geng loe Del. Gimana, setuju?”
“Iya deh, gue ikutan! Loe Beb?”
“Kalau loe setuju, gue juga setuju!”
“Oke. Berarti besok loe berdua harus nurutin gimana karakter gue. Karena nama geng kita The Smart, jadi besok loe berdua harus jadi pinter kayak gue.”
“Yayaya. Whatever.” Delia menyudahi diskusi itu.
                Keesokkan harinya ketiga gadis yang beranjak dewasa itu menjelma menjadi siswa pintar, lengkap dengan kacamata dan buku yang ditenteng ditangan, kesan pintar dibuat dengan tatapan yang meyakinkan dengan langkah tegap menantang dunia dan melawan sifat malas untuk memenangkan piala ilmu pengetahuan.
“Sia semuanya. Kacamata?”
“Udah.” Delia dan Baby merapikan kacamata mereka.
“Buku pelajaran siap?”
“Udah!” Delia mengangkat buku yang ada ditangannya.
“Baby, gue bilang buku pelajaran bukan majalah.”
“Oh iya lupa, gue salah ngeluarin buku.”
“Oke yang paling penting dari The Smart adalah kita harus siap dengan orang-orang yang bertanya sama kita dan saat itu terjadi kita harus menjawab dengan benar dengan mimik muka yang meyakinkan. Siap?”
“Siap. Udah akhh, yuk masuk!” Delia memulai lebih dulu.
                Tapi seperti kata pepatah : “lain padang lain belalang” lain Mila, lain juga Baby atau Delia. Mereka punya dunia masing-masing dan berbeda. Akan sulit untuk masuk ke salah satu dunia diantara mereka, apalagi jika harus merubah karakter yang mereka miliki menjadi karakter orang lain. Delia mungkin sedikit lebih mudah mengikuti karakter Mila, tapi Baby. Bukannya bersikap pintar malah jadi bahan tertawaan dikelas karena sifat lolanya yang tidak mau hilang dan tambah parah.
“Gue ga sanggup Mil jadi kayak loe. Pusing gue ditanya mulu!” Delia mengeluh.
“Iya, kayaknya loe berdua emang ga cocok jadi gue. Apalagi loe Beb, kasian geu liat loe!” Mila pasang muka iba.
“Kenapa? Gue nyaman-nyaman aja tuh, buktinya tadi temen-temen pada ketawa dan seneng liat penampilan gue yang sekarang. Itu artinya gue bisa masuk ke karakter loe Mil!” Baby santai.
“Mereka ngeledekin loe Baby. Udah pokoknya loe berdua jangan jadi kayak gue lagi. Kita bakal nurut gaya loe Beb!”
“Tapi Mil..”
“Udah Del, ga ada tapi-tapian. Kita udah setuju kemaren!”
“OK. Kalau gitu berarti sekarang kalian harus belajar jadi kayak gue. Mulai dari dandan, hmm pake sepatu high heels.”
“Ga ada. Ga ada yang namanya sepatu high heels, gue ga mau titik. Gue ogah pokoknya.” Delia protes.
“Oke. Kalau gitu kita mulai dari aksesoris. Oh  iya kita harus punya aksesoris yang sama, bando, sepatu, jam tangan, kaos kaki,..”
“Emang harus ya?” Delia protes lagi.
“Udah deh Deil, ikutin aja. Kalau diledenin, bisa-bisa model rambut kita dibikin sama kayak dia.” Cegah Mila.
“Ide yang bagus, model rambut yang sama. Model apa ya yang lagi ngetrend?”
“Ga.!” Mila dan Delia kompak.
“Ok, dibatalkan!” Baby meminum jusnya.
                Keesokkan  harinya dunia berubah menjadi warna pink, matahari, langit dan angin bermetarfosa menjadi warna pink. Bukan karena ada polusi pink, tapi karena Delia yang terkenal dengan Dragon Killer memakai aksesoris warna pink dan kelihatan feminim, sementara di sisi lain Mila tampak aneh karena dandanannya berlebihan dari biasanya. Kontannya saja hal itu membuat penyakit tidak PD nya langsung kambuh dan tambah parah.
“Wushhh. Silau gue sama aura pinknya. Si Delia kesambet apa’an ya hari ini, dandanannya wow banget. Seru..!!! semuanya pink, beli dimana sih aksesorisnya, cocok banget.” Cibir teman-teman yang lain.
“Mending kalau pantes ya, udah kayak gorila dikasih warna pink. Hahaha besok pake warna ungu biar tambah keren.” Saut yang lain.
“Tuhkan Del, mereka semua suka sama gaya loe yang sekarang, buktinya mereka bilang keren.” Baby bangga
“Wow, kayaknya dragon kill lagi fall in love nih, semuanya pink. Tapi siapa cowok yang sial itu? Kalau gue jadi dia, pikir-pikir dulu deh mau pacaran, bisa bisa..”
“Di smackdown. Hahaha”
“Apa loe bilang?” Delia mulai kesal.
“Eitzz. Kita Cuma becanda kok Del, jangan anggap serius gitu dong.” Mereka cari jalan aman.
“Sekali lagi gue denger loe pada ngomongin gue, siap-siap aja besok ga masuk karena gue hajar, mau?”
“Ga Del. Oke kita ga bakal ngeledek loe lagi.”
“Banci loe semua.” Delia pergi.
                Tak hanya cibiran yang mereka terima hari itu, tapi juga rasa malu. Apalagi dengan adanya aksesoris yang bagi Delia dan Mila dirasa berlebihan membuat mereka tidak konsentrasi belajar karena terganggu dengan adanya aksesoris itu.
“Delia? Tumben pake bando? Hmm cantik, tapi bandonya bisa dilepaskan? Ya takutnya mengganggu gerakan latihan kamu.” Ucap pelatih karate Delia.
“Ok pak, bisa kok.” Delia hendak melepas bandonya.
“Eitzz, tunggu Del jangan dilepas bandonya.” Baby mencegah.
‘Loe apaan sih Beb, gue mau latihan karate masa pake bando? Nih bando pasti ganggu banget kalau gue pake latihan. Udah akhh gue mau lepas, lagian disuruh pak bimo juga, gue ga mau kena semprot.” Delia  bersikukuh.
“Pak Bimo, Delia ga boleh ngelepasin bando ini. Karena bando ini adalah maskot dari geng kami, lagipula motto dari The Beautiful Girl’s adalah harus tetap tampil cantik dalam situasi dan kondisi apapun. Dan bando ini membuat Delia tampak cantik dari biasanya, jadi bandonya ga boleh dilepas.” Baby menjelaskan panjang lebar.
“Oke, tapi..” pak Bimo ingin menyanggah
“Makasih Pak. Sekarang ayo latihan, kita berdua tunggu disana.”
“Semangat Delia!” Mila memberi semangat
“Loh, saya kan ga bilang setuju?”
“Udah pak, kita mulai aja latihannya!”
                Latihan karate dengan memakai bando memang sedikit mengganggu Delia, beberapa kali latihannya harus terhenti gara-gara bando yang terjatuh. Sementara di sudut lain Mila dan Baby tengah asyik memperhatikan sambil sesekali berteriak memberi semangat bak mahasiswa yang sedang demo kenaikkan BBM, anarkis dan sok rame.
“Gue nyerah. Gue ga kuat jadi Baby lagi.” Delia angkat tangan tidak sanggup.
“Gue juga. Gue bisa bego lama-lama kayak gini, masa waktu belajar gue harus terganggu gara-gara bando ini, udah ribet bikin gerah lagi.” Mila ikutan mengeluh.
“Dan paling parah, warnanya pink. Gue ga mau.”
“Ikhh trus gimana dong?”
“Kesempatan terakhir, nurut gayanya Delia.”
“Nah cakep tuh, gue udah siapin aksesoris buat kita.” Delia mulai bersemangat lagi.
                Berharap kesempatan terakhir ini adalah jawaban dari apa yang mereka inginkan terutama Delia, berusaha untuk melakukan yang terbaik. Delia menggabungkan gaya anak rock dan funk hingga menghasilkan gaya yang jika terlihat tak lebih dari anak-anak yang tengah kehilangan akal sehatnya, yang tengah mencari jati diri.
                Namun alih-alih menjadi cewek yang super keren, mereka justru hampir terlibat perkelahian antar geng. Mereka berfikir bahwa Delia, Mila dan Baby adalah orang-orang yang menantang mereka kemarin. Kontan saja mereka bertiga langsung melarikan diri dan untungnya berhasil lolos dari kejaran geng anarkis itu.
“Huh.. huh... huh.” Delia terengah-engah
“Gue takut Del. Gue ga mau jadi kayak loe lagi, gue ga mau dikejar-kejar kayak tadi. Lagian baju yang kita pakai ini, ga stylist, jelek. Trus gue juga keringetan, gue ga suka keringetan karena itu bikin gue jerawatan tapi yang paling gue ga suka kalau kita dikejar-kejar preman-preman tadi. Gue takut beneran.” Baby menangis.
“Udah dong Beb, lagian kita kan udah aman.” Hibur Delia
“Iya hari ini kita aman, gimana besok? Baby bener Del, kita ga cocok jadi kayak loe. Lagian ini tuh ga ada cocok-cocoknya dipakai sama anak sekolahan kayak kita, ini ga berpendidikan.” Mila kesal.
“Eh Mil, maksud loe apa tadi? Ga berpendidikan? Maksud loe gue ga berpendidikan gitu? Dener ya Mil, dari awal gue udah ga setuju sama ide ini. Kita ga bakal bisa sama karena kita itu beda dan ga akan pernah sama. Tapi apa, sekarang loe malah nyalahin gue. Heyy thinking this is your idea! Dan buat loe Beb, kalau menurut loe baju sama aksesorisnya jelek jangan loe pake, gue ga pernah maksa loe buat make itu semua.” Delia marah.
“Beneran? Asyik...!!!” Baby tidak mengerti dan langsung melepaskan aksesoris yang membuat kulitnya memerah.
“Ikhh katanya jago karate, tapi lari dari peperangan.” Mila mencibir
“Ga usah nyindir loe Mil. Gue bisa ngalahin mereka, tapi karena gue peduli sama keselamatan loe berdua makanya gue mutusin buat lari tadi. Tapi karena loe udah ngomong kayak gitu, gue bakal buktiin kalau gue bisa ngalahin mereka.” Delia hendak pergi “Oh iya satu lagi, mulai detik ini, ga ada lagi yang namanya geng atau persahabatan antara kita. Seharusnya dari awal gue udah tahu bakal kejadian kayak gini.” Delia pergi.
“Ya udah,  dasar keras kepala.” Mila juga pergi
“Loh pada mau kemana? Kok jalannya misah gitu? Ohh mungkin pada mau pulang ke rumah mau mandi. Ikhhh bau banget badan gue, gue juga mau pulang mandi akhh.” Baby ikutan pergi.
                Ketiga sahabat itupun menempuh jalan masing-masing, saling menyimpan benci dan yang satunya menyimpan ketidakmengertian hal apa yang telah terjadi. Mila memutuskan untuk pulang begitu juga dengan Baby, sementara Delia kembali ketempat anak yang mengejar mereka tadi dan membuat perhitungan pada mereka. Ya Delia memang berhasil membuat mereka mundur kalah, tapi dia juga mengalami beberapa luka ditubuhnya, hingga membuatnya tidak bisa masuk sekolah beberapa hari.
“Kok Mila tiba-tiba ga mau temenan sama gue ya? Trus di Delia tumben banget ga sekolah? Mereka kok pada aneh gitu? Oh iya gue tahu, pasti mereka mau ngasih kejutan buat gue, 3 hari lagi kan gue ulang tahun. Hmmm mereka pasti mau sok-sok’an berantem, bikin gue bingung ehh ternyat itu Cuma surprize doang. Ok, gue bakal pura-pura ga tahu soal ini.” Baby tersenyum.
                Rasa amarah itu masih menyelimuti hati Delia dan Mila, rasa egois untuk saling memaafkan membuat mata hati mereka menjadi gelap. Mereka kini tengah tersesat, mencari-cari rumah persahabatan yang selama ini telah mereka bangun bersama, rumah persahabatan yang memberikan cahaya bagi hidup dan hati mereka. Namun karena di selimuti amarah, rumah itu tidak dapat terlihat, meskipun ada tepat dihadapan mereka. Hanya rasa cinta yang akan mempersatukan mereka. Ya ini seperti ujian bagi mereka, mampukah mereka melewatinya? Mampukan mereka menemukan cahaya cinta untuk menyinari hati mereka dan menemukan rumah persahabatan lagi? Entahlah hanya mereka yang tahu dan waktu yang akan membuktikan.
                Keheningan masih terus berlanjut, hingga 3 hari telah berlalu dari hari ulang tahun Baby. Tapi tetap saja tidak ada sapaan hangat, apalagi ucapan selamat atau kejutan dari Delia dan Mila. Baby tidak mengerti yang terjadi, hanya bingung dan memikirkan hal itu dibawah pohon tempat biasa mereka berkumpul.
“Kok Mila sama Delia aktingnya lama banget ya? Ini kan udah lewat 3 hari. Atau jangan-jangan Mila ga mau temenan sama gue lagi karena gue lola? Tapi gue kan ga lola! Trus kalau Delia, jangan-jangan dia marah gara-gara gue bilang bajunya kemaren jelek? Aaa... gue kangen sama kalian berdua. Kok diem-diemannya lama banget sih?” Baby hendak menangis.
                Sementara di tempat latihan karate.
“Eh Del, temen-temen loe kemana? Tumben ga ngeliat loe latihan, biasanya udah pada standby disana bawa makanan sambil nyemangatin loe!” tanya teman latihan Delia.
“Ohh...” Delia melihat kearah tempat duduk yang biasa dipakai oleh Mila dan Baby selagi menunggunya latihan.
“Sepi juga ya ga ada mereka? Ya itung-itung hiburan gratis, kalau lagi capek latihan.”sahut yang lain.
“Iya gue juga kangen sama mereka. Mila yang pinter tapi cerewet, Baby yang lola tapi selalu bisa bikin gue ketawa. Dan yel-yel mereka yang banyak bikin gue malu tapi sekarang gue kangenin.” Delia tertunduk lemas.
                Tiba-tiba Delia melihat sebuah globe.
“Globe! Hmmm Amerika, Afrika, Indonesia. 3 negara yang berbeda, sama kayak gue, Mila dan Baby. Ga akan pernah sama apalagi bersatu, jaraknya aja jauh gini.” Delia menghela nafas yang berat. “Eitzz tunggu.., ketiga negara ini emang ga sama apalagi mau disatuin, tapi mereka saling melengkapi, mereka melengkapi globe ini. Kalau ga ada salah satu negara ini, maka ini dianggap cacat dan ga bisa digunain. Ya bener! Sama kayak gue, Baby dan Mila, kita emang ga sama tapi kita bisa saling melengkapi.” Delia berlari keluar dari tempat latihan.
“Delia, loe mau kemana?” Teriak pak Bimo.
                Sementara di tempat lain, Mila tengah melihat mading.
“Kenali keanekaragaman Indonesia. Bhineka Tunggal Ika. Indonesia emang unik, ada banyak suku disini, ada Komering, Jawa, Batak, Badui, tapi mereka tetap bersatu padu, saling menghargai saling menerima untuk bersatu. Sama kayak.. sama kayak gue, Delia dan Baby. Kita emang beda tapi kalau kita saling menghargai dan menerima apa adanya, kita pasti bisa nyatu. Sama kayak suku-suku yang tersebar di nusantara yang bersatu menjadi Indonesia.” Mila tersadar dan langsung berlari.
                Mila berlari ke tempat biasa mereka berkumpul dan menemukan Baby disana.
“Baby, loe ada disini?” Mila terharu
“Mila... gue kangen sama loe. Kok loe berdua aktingnya lama banget? Ini kan udah lewat 3 hari dari ulang tahun gue.” Baby memeluk Mila.
“akting? Oh iya 3 hari yang lalu loe ulang tahun ya, sorry ya Beb. Happy brithday.” Mila membalas memeluk
“Gue ga mau hadiah atau kejutan dari kalian, gue ga mau diem-dieman lagi kayak kemaren.” Baby menangis.
“iya. Gue juga kangen sama loe, sama Delia juga. Gue sadar, kalau kita itu ga sama tapi bukan berarti kita ga bisa bersatu. Selama kita bisa saling nerima dan saling menghargai karakter satu sama lain, kita bisa jadi sahabat kok. Gue udah lupa dasar dari persahabatan yaitu menerima segala kekurangan dan kelebihan dari sahabat kita. Sorry ya Beb, karena udah diemin loe beberapa hari ini.” Mila ikutan menangis.
“Loe ngomong apa sih? Tapi gue maafin loe kok, jangan akting kayak gitu lagi ya!” Baby tersenyum
“Gue juga mau minta maaf karena udah marah-marah kemaren. Loe bener Mil, kita emang beda tapi kita masih bisa nyatu. Kita itu udah jadi satu kesatuan yang ga akan terpisahkan, kalau kita terpisah maka yang lain akan cacat. Sama kayak hari-hari gue tanpa loe berdua, kayak langit yang kehilangan mataharinya. Sekali lagi gue minta ya Mil, Beb.” Delia datang tiba-tiba.
“Iya, sekarang kita ga boleh berantem lagi.” Ucap Mila.
“Trus nama geng kita?” Baby masih penasaran.
“Yah dibahas lagi, ga nyadar apa itu yang bikin berantem.” Mila mulai sewot.
“Gue punya satu nama buat geng kita!” usul Delia
“Apa?” antusias
“The World, Dunia! Dunia itu kan beragam, ada tumbuhan, hewan, manusia, dll. Sama kayak kita, unik dan beda. Jadi kita ga perlu tuh kayak kemaren nyama-nyamain karakter, kita boleh milih dunia mana yang kita mau. Gimana asyik ga namanya? The World!” Jelas Delia.
“Gue setuju, The World!””
“Woiii sekarang kita udah punya nama buat geng kita, namanya The World. Inget nama geng kita The World.” Baby berteriak.
“Baby apa-apaan sih, malu-maluin aja!” Mila menutup mulut Baby.
“Ok. Nama geng udah beres, acara maaf-maafan juga udah beres, sekarang giliran acara kejutan ulang tahun Baby.” Delia mengguyur Baby dengan air botol dari tangannya.
“Lohhh udah telat, seharusnya 3 hari yang lalu.”
“Bodo amat daripada ga sama sekali.” Mila ikutan
                Akhirnya mereka berhasil menemukan jalan pulang. Mereka berhasil menyinari hati mereka dengan cinta dan menenggelamkan amarah dan keegoisan. Takdir telah mempertemukan mereka, cinta telah menyatukan mereka kembali dan dunia siap menyambut cerita-cerita yang akan mereka ukir nantinya.
                The World! Hiduplah seperti dunia, yang mempunyai ragam cerita di dalamnya. Mungkin tak selamanya akan terukir cerita indah, mungkin akan ada air mata yang mengalir, mungkin cobaan akan membuat langkah terhenti dan berjalan kearah yang berlainan. Namun seperti saat ini, cinta yang akan menunjukkan jalan dan mempertemukan kalian dengan takdir. The World, bersiaplah memberi warna pada langit.
“Jika tua nanti kita telah hidup masing-masing ingatlah hari ini.!” Mereka bertiga bernyanyi dengan senyuman.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peran Mahasiswa dalam Bela Negara

Kuliahku : Saham Treasury Metode Nilai Nominal

Makalah aza : Manajemen dalam Rumah Tangga