Belajar Nulis Cerpen : "Ingat Aku? Tidak?"
Ingat
Aku? Tidak?
Orang bilang lawan cinta adalah kepergian. Tapi
bukan itu sebenarnya, lawan dari Cinta adalah dilupakan. Cinta tak akan
berakhir hanya salah satu dari yang mencinta pergi, cinta akan terus tumbuh dan
hidup selagi ia diingat, cinta akan selalu berada di tempatnya jika ia terus
dikenang, maka saat kau melupakan cinta itu dengan begitu cinta itu juga akan
hilang. Ya akan dilupakan seperti buih yang terbawa ombak.
Dan disinilah aku, membawa setumpuk memori. Kali
ini aku membawa peti cinta yang berisi kenangan kita, aku tidak ingin menghapus
cinta itu, tidak sedikitpun aku tidak mau kehilangan. Ini bukan karena aku
mencintaimu apalagi ambisi bodohku, hanya saja tidak ada lagi yang bisa
kulakukan selain mencintaimu dan mengingat cinta itu. Itu pilihanku, untuk
terus mengingat cinta itu adalah pilihanku. Tidak perduli jika tubuhku lelah,
tidak perduli jika kau lupa, karena disinilah aku berdiri untuk mengingatkanmu.
Cinta kita, aku akan mengingatkannya.
“ Hai.. Bagaimana kabarmu hari? Kelihatannya
bunganya sudah mulai layu, akan ku ganti dengan yang baru. Lihat hari ini aku
membawa bunga lily, kau menyukainya karena kau bilang bunga ini terlihat
anggun.” Tidak ada tanggapan sedikitpun kemudian menghela nafas “Tidak menarik
ya? Baiklah. Aku membawakanmu sebuah benda, lihatlah..!!!” memberikan kotak dan
membukanya.
Setelah sekian lama akhirnya wanita itu berbicara
juga “ Ini aku dan ...” menunjuk wajahku. “bagaimana bisa? Bukankah kau
laki-laki yang kemari kemarin, sebenarnya siapa aku untukmu? Apa kita saling
mengenal?” bertanya perlahan dan tertahan.
“Tidak apa, jangan dipaksa, adalah hal bagus jika
kau ingat bahwa aku kemarin juga berkunjung kesini. Akan ku bantu, akan ku
ceritakan tentang foto ini. Akan ku ceritakan, maka kau akan tahu kau itu apa
untukku.” Menggenggam foto yang lain sambil tersenyum menunjukkan.
Awal Januari 2006. Seorang gadis tengah asyik
berbincang dengan temannya seraya sesekali memperhatikan temannya yang tengah
menjelaskan cara kerja kameranya yang baru, beberapa kali terlihat wanita itu
menunjuk temannya itu seolah ia tidak ingin temannya melupakan janji, kemudian
kembali melayang bersama hayalannya dan meninggalkan temannya yang terus
mengobrol. “Woi,, jadi ga? Ayo mumpung
udah istirahat. Tuh alien pasti udah disana sekarang!” Kali ini wanita itu
harus menghentikan hayalannya dan bergegas menuju ke suatu tempat. Perpustakaan, tempat Alien itu berada.
“aku udah siap, kalau dari posisi ini keliatan
kalau kita lagi baca buku depan-depanan kan? Buruan, gawatkan kalau dia tahu!”
wanita itu mengatur posisinya seolah tengah berada di depan si Alien. Heyy
bagaimana dia disebut Alien, wajah tampan,
tubuh tinggi, dan terlihat pandai bukankah dia lebih pantas disebut
calon pacar idaman. “udah belum? Lama banget, keburu ketahuan ini.!” Wanita itu
bahkan tak mendengar kode yang diberikan temannya bahwa si Alien sudah mendekat
kearahnya dan kini sudah berdiri
didepannya.
“Kamu ngapain berdiri disini..??” sontak gadis itu
langsung melihat kearah suara dan kedua mata itupun saling bertatapan sekarang.
Cekrek..!! suara kamera dari teman wanita itu sudah mengambil gambar dan sekali
lagi kamera itu mengambil gambar yang kali ini keduanya secara tidak sengaja
tengah melihat kearah kamera. “Kabur..!!!” Temannya memberi aba-aba dan lari
terlebih dahulu. “Bye.,, ini buku yang
sangat lucu, Bacalah..!!” Gadis itu juga pergi menyusul temannya yang sudah
terlebih dahulu. Dan andai dia tahu jika Buku yang dia berikan adalah Buku
Matematika. “buku yang sangat lucu” Laki-laki itu tersenyum.
“itu adalah pertama kali kita berbicara dan
bertemu. Setidaknya untukku, mungkin untukmu itu lebih dari satu kali karena
kau bilang kau sudah menyukaiku jauh sebelum hari itu.” Aku tersenyum dan
dibalas dengan tatapan seolah bertanya `jadi aku yang mengejarmu`, dan kembali
menatap photo “maaf karena aku seorang kutu buku, jadi aku sangat terlambat
menyadari bahwa ada seorang malaikat yang selalu menatap kerahku. Bagaimana?”
kali ini aku menatap matanya dan merapikan rambutnya yang masih indah meski tak
selebat dulu.
“Aku tidak bisa mengingatnya.” Hanya kata itu yang
keluar, kemudian wanita itu melihat kearah foto lagi. Kali ini aku mencoba menyentuh
pipinya dan membuat dia menatap mataku “Bukan itu, apakah kau mau memaafkan
karena aku sedikit terlambat untuk menyukaimu? Bagaimana, mau memaafkanku kan?”
Dia mengangguk dan tersenyum.
Kunjungan hari ini hanya sebatas memori itu, tak
apa besok aku akan datang dan mengingatkannya lagi, dia harus tahu kisah
tentang cinta kami, perjuangan kesedihan dan kebahagian kami. Seperti biasanya,
aku pulang tepat setelah suster memeriksa kondisi kesehatannya.
“Bukankah dia adalah penjenguk pasien di nomor 14
itu? Apakah dia selalu kesini? Setiap hari? Apa pasien itu adalah pacarnya? Dia
benar-benar laki-laki yang luar biasa, bukankah pasien itu menderita penyakit Demensia?”
beberapa perawat tengah membicarakan kami saat melihatku lewat. Yah Penyakit
Demensia, sejenis penyakit lupa ingatan. Penurunan fungsi otak, yang membuat
penderitanya akan lupa dengan aktivitas sehari-harinya dan kenangannya.
“Bagaimana jika pasien itu tidak bisa sembuh?” Ucapannya salah satu suster
membuatku menghentikan langkahku.
Untuk kesekian kalinya aku datang dan mengingatkan
tentang cinta kami, meski masih sama tidak ada yang bisa dia ingat tapi aku
akan tetap datang kemari dan menceritakan kisah kami untuknya. Dan untuk
pertama kalinya, dia memanggil namaku setelah Demensia itu merenggut kenangannya
“Alan... Bagaimana jika aku tidak bisa mengingatmu lagi?” Mata itu menatapku,
mata indah itu yang selalu membuatku bahagia, mata indah yang selalu membuatku
jatuh cinta berkali-kali.
“Itu berarti, kau akan bosan mendengarkanku
bercerita hal yang sama berulang-ulang.” Kali ini aku memeluknya yang mulai
menitikkan air bening dipelupuk matanya.
“Tak apa jika kau belum mampu mengingatnya, aku akan mengingatkan betapa
aku mencintaimu lagi dan lagi, dengan begitu kau tidak akan lupa kalau aku
mencintaimu.” Aku memeluknya erat
“Terima kasih karena masih mencintaiku.” Ucapnya
disela tangisan itu. “Aku mencintaimu karena tidak ada yang bisa ku lakukan
selain mencintaimu. Karena aku hanya bisa mencintaimu Zee...”
Aku tersenyum kearah para perawat yang sedang mengobrol
itu sebagai sebuah sapaan, kemudian berlalu. “Tak apa jika dia lupa lagi, akan
ku ingatkan dia tiap hari bahwa aku mencintainya, akan kuceritakan kisah kami
tanpa bosan. Itu karena tidak ada yang bisa kulakukan selain mencintainya. Zee
gadis yang akan selalu kuingat dan ku cintai.”
Komentar