Letter for Future (3)

 

Hai, aku di masa depan

Bagaimana tepatnya kabarmu saat ini? Sudah sangat lama sejak surat terakhir kali, tahun 2017 ya? Itu sudah 7 tahun yang lalu. Maaf, aku lupa pernah berjanji untuk terus menulis. Aku sempat berfikir kira-kira kisah apa yang akan aku tulis untukmu saat itu. Begitu banyak hari, tau-tau sudah 7 tahun dan aku baru menulis kembali. Tapi, tak apalah, toh dengan aku memulai kembali, itu artinya aku masih hidup dan masih mencoba untuk baik-baik saja.

Akan kuceritakan secara singkat apa yang terjadi pada waktu-waktu aku tak menulis. Tahun 2018 kita akhirnya bertemu Shane pertama kali. Nantinya tahun-tahun setelah itu, kita akan bertemu lagi. Tepatnya di tahun 2022 dan 2024, apakah kau bisa bertemu dengan suami kita lagi? Kali ini dengan siapa kau akhirnya menonton mereka? Kuharap akhirnya kau bisa punya teman special saat menonton suamimu bernyanyi. Kalaupun tidak, ya sudahlah, cukup bahagia saja dan lanjutkan hidup. Ohh iya di tahun ini juga kita bertemu Haruk Laduk. Bagaimana kabarnya duo begundal penghabis uang itu? Masih sombong dan buruk rupa? Hahaha anak bulu yang tak sengaja dipungut dan menjadi kata “semangat”.

Duo Begundal


Tahun 2019 kau punya rumah baru (tempat kerja tentu saja), cukup lama dan menyenangkan. Sebelum akhirnya di tahun 2020 virus covid menyerang. Akhh aku malas mengingat tahun yang membuat tahun 2021 terasa hilang dari peredaran. Dengan aku menulis sampai tahun ini, itu artinya aku selamat dari bencana dunia ini. Selamat D, untuk tetap kuat dan tahan banting. Tidak terlalu bangga karena kita memang sekuat itu. Hehehe

Sekarang kau bekerja di Perusahaan Tambang, tentu saja dengan gaji sedikit lebih besar dari UMR Jogja. Berkali-kali kita disuruh untuk pulang atau pindah ke Jakarta. Sementara ini aku terlalu malas untuk pindah ke Jakarta. Aku juga bingung bagaimana hidup ke depannya, aku sudah 30 tahun tapi aku merasa tak ubahnya seperti aku di masa lalu, masih terlalu lemah dan tak berhasil. Akhhh syndrome 30 tahun ini sangat menyebalkan, aku semakin kehilangan energy, semakin kehilangan nafsu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bagaimana kau saat ini? tolong jangan sendirian, setidaknya carilah teman yang bisa kau ajak diskusi. Aku sudah mulai memikirkan bagaimana hidup ke depannya harus berlanjut. Saat ini aku sedikit takut, takut bagaimana langkah ke depannya, bagaimana caranya aku menjawab tanya yang akan terus berdatangan.

Tapi sudahlah D, semakin kupikirkan, semakin panas kepalaku. Untuk saat ini aku hanya bisa terus berjalan dan menjadi kuat. Menjadi kuat yang sudah sejak lama kita lakukan. Jika kau membaca surat ini, kuharap hatimu akan lebih lapang, sedang duduk manis dengan tumpukkan buku, sedikit tersenyum sambil berkata “Aku pernah di posisi ini dan baik-baik saja!”. tapi jika sebaliknya, jangan berkecil hati, kuatlah D. kuatlah. Tuhan tau kita sudah berusaha sangat keras, libatkan IA dalam setiap langkah yang kita ambil.

Nanti aku akan datang lagi dan menyapa. Untuk saat ini, sampai jumpa.

 

Aku, dirimu di masa lalu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah aza : Manajemen dalam Rumah Tangga

Materi Kuliah : Pembentukan Persekutuan

KKN ≠ Kumpul Kebo